Beranda | Artikel
Masalah Penting: Salat Witir Setelah Masuk Subuh Syaikh Abdus Salam asy-Syuwaiar #NasehatUlama
Selasa, 29 November 2022

Di antara masalah terkait dengan waktu Salat Witir,
bahwa Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah seorang dari kalian khawatir (datangnya) subuh,
maka hendaknya dia Salat Witir satu rakaat.” (HR. Muslim)

Terkait sabda beliau Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,
“Jika salah seorang dari kalian khawatir (datangnya) subuh, …”
makna subuh ada dua:

[PERTAMA]
Bisa jadi maksud subuh tersebut adalah terbitnya fajar,
yakni masuknya waktu subuh.

Berdasarkan ini, maka jika muazin sudah mengumandangkan azan
tapi seseorang belum menunaikan Salat Witir,
maka dia telah melewatkan waktunya,

maka hendaknya dia melakukannya setelah matahari terbit
dan meninggi setinggi tombak,
baik dengan niat mengqada atau untuk menggantinya,
seperti yang sudah kita bahas,

karena waktu larangannya terkait dengan terbitnya fajar,
sehingga tidak boleh salat setelah masuk waktu larangannya, yaitu terbit fajar,
kecuali Salat Subuh dan Salat Qobliyah Subuh
karena termasuk Salat Sunah Rawatib.

[KEDUA]
Sebagian ulama berpendapat,
dan ini merupakan pendapat sepuluh sahabat Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
serta pendapat sebagian ahli fikih klasik mazhab Hambali dan selain mereka,
bahwa maksud sabda Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam

“Jika salah seorang dari kalian khawatir (datangnya) subuh, hendaknya dia Salat Witir satu rakaat,”
maksud subuh di sini adalah Salat Subuh.

Berdasarkan hal ini, barang siapa yang melewatkan Salat Witir
sedangkan azan Salat Subuh (Salat Fajar) sudah berkumandang
sedangkan dia belum Salat Witir, maka disyariatkan baginya
untuk Salat Witir asalkan dia sudah rutin melakukannya,
dengan menunaikannya di antara azan dan ikamah
sebelum mendirikan Salat Subuh.

Muhammad bin Nasr al-Marwazi meriwayatkan
dari sejumlah sahabat Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
bahwa mereka mengatakan agar seseorang salat sebelum ikamah dengan rakaat ganjil,
yakni tanpa menambah satu rakaat lagi,
sehingga menggenapkan rakaatnya.

Kita sudah tahu landasan masalah ini
dalam hadis Rasulullah Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,
yaitu sabda beliau, “Jika salah seorang dari kalian khawatir (datangnya) subuh, ….”
Apakah maksud subuh adalah terbitnya atau salatnya?

Dalam masalah ini ada perbedaan pendapat di kalangan ulama
dengan silang pendapat yang kuat,
sehingga orang yang mengikuti salah satu dari dua pendapat ini,
maka dia sudah mengikuti para ulama besar,
dan perkara ini longgar.

====

مِنَ الْمَسَائِلِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِوَقْتِ صَلَاةِ الْوِتْرِ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

فَإِنْ خَافَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ

فَلْيُوتِرْ بِرَكْعَةٍ

فَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

إِذَا خَافَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ

مَعْنَى الصُّبْحِ أَمْرَانِ

يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ بِالصُّبْحِ طُلُوعُ الْفَجْرِ

أَيْ طُلُوعُ الصُّبْحِ

وَعَلَى ذَلِكَ فَإِنَّهُ إِذَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ

وَلَمْ يَكُنِ الْمَرْءُ قَدْ صَلَّى وِتْرَهُ

فَإِنَّهُ يَكُونُ قَدْ فَاتَ مَحَلُّهُ

فَيَأْتِي بِهِ بَعْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ

وَارْتِفَاعِهَا قِيدَ رُمْحٍ

إِمَّا قَضَاءً أَوْ عَلَى سَبِيلِ الْبَدَلِ

كَمَا تَقَدَّمَ مَعَنَا

لِأَنَّ وَقْتَ النَّهْيِ مُتَعَلِّقٌ بِطُلُوعِ الصُّبْحِ

وَلَا يُصَلَّى بَعْدَ وُرُودِ النَّهْيِ وَهُوَ طُلُوعُ الصُّبْحِ

إِلَّا صَلَاةِ الْفَجْرِ وَالرَّكَعَتَيْنِ السَّابِقَتَيْنِ لَهُ

لِأَنَّهَا مِنَ السُّنَنِ الرَّوَاتِبِ

وَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ

وَهُوَ قَوْلُ عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَقَوْلُ مُتَقَدِّمِي بَعْضِ الْفُقَهَاءِ مِنْ أَصْحَابِ أَحْمَدَ وَغَيْرِهِمْ

أَنَّ الْمُرَادَ بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

إِذَا خَافَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ فَلْيُوتِرْ بِرَكْعَةٍ

أَنَّ الْمُرَادَ بِالصُّبْحِ هُنَا صَلَاةُ الصُّبْحِ

وَعَلَى ذَلِكَ فَمَنْ فَاتَهُ وِتْرُهُ

وَأَذَّنَ عَلَيْهِ الصُّبْحَ أَيْ الْفَجْرَ

وَلَمْ يَكْنْ قَدْ أَوْتَرَ فَإِنَّهُ يُشْرَعُ لَهُ

أَنْ يُصَلِّيَ وِتْرَهُ مَا دَامَ مُحَافِظًا عَلَيْهِ

يُصَلِّيهِ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ

قَبْلَ أَنْ يُصَلِّي صَلَاةَ الصُّبْحِ

فَقَدْ نَقَلَ مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ الْمَرْوَزِيُّ

عَنْ جَمَاعَةٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أَنَّهُمْ قَالُوا يُصَلِّيهَا قَبْلَ الْإِقَامَةِ وِتْرًا

أَيْ مِنْ غَيْرِ إِضَافَةِ رَكْعَةٍ أُخْرَى

فَتَكُوْنُ شَفْعًا لَهَا

وَعَرَفْنَا مَأْخَذَ ذَلِكَ

مِنْ حَدِيثِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَهُوَ قَوْلُهُ إِذَا خَافَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ

هَلِ الصُّبْحُ طُلُوعُهُ أَمْ صَلَاتُهُ؟

وَالْأَمْرُ فِي ذَلِكَ فِيهِ نَظَرٌ بَيْنَ أَهْلِ الْعِلْمِ

وَهُوَ نَظَرٌ قَوِيٌّ

وَمَنْ أَخَذَ بِأَحَدِ الْقَوْلَيْنِ

فَقَدِ اقْتَدَى بِأَئِمَّةٍ كِبَارٍ

وَالْأَمْرُ فِيهِ وَاسِعٌ


Artikel asli: https://nasehat.net/masalah-penting-salat-witir-setelah-masuk-subuh-syaikh-abdus-salam-asy-syuwaiar-nasehatulama/